Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS) menggelar acara bertajuk "Open Talk DKV" untuk semester genap tahun 2024. Acara ini diadakan di Ruang E-402 pada pukul 13.00 dengan dihadiri oleh 33 peserta mahasiswa. Acara yang berlangsung dalam suasana penuh antusiasme ini menghadirkan Ketua Himpunan Mahasiswa DKV, Richard Jonathan sebagai pembicara, beserta para dosen yang berpengalaman dan keahlian dalam bidang desain komunikasi visual. Mereka adalah Ibu Bonifacia Bulan Aruming Tyas, S.Ds, M.A., Bapak Dr. Decky Avrilukito S.Sn., M.M., dan Ibu Amelia Agustina, S.Ds., M.Med.Kom. "Open Talk DKV" merupakan forum diskusi terbuka yang bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa DKV ISTTS serta mempererat hubungan antara mahasiswa dan dosen. Dalam acara ini, para pembicara berbagi pengalaman, pengetahuan, dan pandangan mereka tentang berbagai aspek desain komunikasi visual. Selain itu, para peserta juga diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada para pembicara. Acara ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya konstruktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di bidang desain komunikasi visual serta memperkuat ikatan antara mahasiswa dan dosen.
Dalam perkembangan terbaru, mengenai peningkatan layanan WiFi di Laboratorium Desain Komunikasi Visual (DKV) setelah permintaan dari Bu Boni kepada pihak IT untuk memperkuat sinyal. Tindakan ini direspon dengan baik, memperbaiki kualitas sinyal dan memastikan lingkungan belajar yang lebih baik bagi mahasiswa. Meskipun demikian, masih ada tantangan terkait sinyal gadget di area kampus. Meskipun sudah ada peningkatan di laboratorium DKV, belum ada solusi konkret yang ditemukan untuk memperkuat sinyal seluler di seluruh kampus.
Di tengah kebutuhan mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) akan fasilitas fotografi, Lab DKV menemui kendala terkait penggunaan peralatan fotografi. Dulu lab tersebut dilengkapi dengan perlengkapan fotografi yang bisa digunakan secara bebas tanpa izin sehingga ketika dosen DKV mau memakai untuk mengajar mata kuliah terkendala karena alat tersebut dipakai mahasiswa untuk keperluan lain. Akhirnya diambil keputusan dengan mengajukan permohonan izin penggunaan fasilitas kepada pihak yang berwenang, Pak Herman. Selain itu, terkait dengan biaya cetak proposal, biasanya mahasiswa diminta untuk mengajukan permintaan kepada Pak Ferdi. Tapi, sebenarnya mahasiswa DKV bisa mengandalkan printer yang tersedia di ruang dosen untuk mencetak proposal mereka. Tidak ada rencana untuk meletakkan printer di lab DKV, karena dikhawatirkan penyalahgunaan penggunaan printer untuk keperluan selain akademik DKV, printer ini tersedia hanya untuk tugas-tugas terkait proposal dan proyek akademik mahasiswa DKV.
Sementara itu, perubahan signifikan dalam kurikulum DKV juga menjadi sorotan. Mahasiswa kini memiliki opsi untuk menukarkan mata kuliah pilihan (MKP) dengan Magang di Luar Kampus atau mata kuliah dari program studi lain. Dengan batasan MKP maksimal 6, namun mahasiswa mengharapkan bisa menurunkannya menjadi 3 dengan sisanya menjadi mata kuliah tetap. Bu Boni menekankan bahwa praktik tetap menjadi inti kurikulum. Praktek yang berfokus pada pengembangan portofolio menjadi prioritas utama, dengan pembobotan SKS dan tugas yang disesuaikan karena pemerintah mengamanatkan agar MKP lebih banyak daripada mata kuliah wajib.
Ada sebuah pertanyaan terkait kualitas kertas konsul yang saat ini seringkali tidak rapi dan tipis. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Bapak Decky Avrilukito S.Sn., M.M., menyatakan pada saat itu sedang mencari sumber pendanaan baru bagi HIMA. Beliau memperkenalkan ide membangun koperasi, termasuk pengadaan kertas konsultasi sebagai salah satu produknya. Modal awalnya diambil dari sumber pribadi Pak Decky, dengan tujuan agar keuntungan dari koperasi tersebut dapat digunakan untuk mendukung kegiatan HIMA dan Laboratorium DKV di masa mendatang.
Dalam perjalanannya, inisiatif ini telah berhasil menciptakan aliran pendapatan yang signifikan untuk HIMA dan Laboratorium DKV. Awalnya, pelaporan terkait keuangan dan kualitas kertas konsul dilakukan secara teratur, namun seiring berjalannya waktu, kegiatan pelaporan tersebut mulai menurun karena beliau mengatakan bahwa yang terpenting adalah kelancaran pengelolaan koperasi dan keberlangsungan pendanaan untuk kegiatan mahasiswa. Terhadap masalah kualitas kertas konsul, Pak Decky berkomitmen untuk memperhatikannya secara lebih cermat. Pengawasan terhadap kualitas kertas tersebut akan menjadi prioritas, demi memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar yang diinginkan oleh mahasiswa dan dosen.
Yang terakhir, Ibu Amelia Agustina, S.Ds., M.Med.Kom., menjelaskan mengenai kriteria penilaian yang lebih transparan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memahami nilai yang diperoleh dan berkonsultasi langsung dengan dosen terkait jika ada kekhawatiran tentang hasil akademis mereka. Dengan demikian, ISTTS terus berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan dan kurikulum guna memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi mahasiswa DKV.