ISTTS kembali mengadakan webinar secara online pada hari Kamis, 19 November 2020. Webinar ini merupakan salah satu episode dalam Knowledge Sharing Program yang sudah memasuki season ke-7. Seperti biasanya, panitia penyelenggara KSP membuka webinar dengan ucapan terima kasih atas partisipasi peserta untuk mengikuti webinar kali ini. Selain itu, panitia juga mengingatkan peserta untuk absensi sebagai syarat kehadiran.
Setelah itu, pembicara yang bernama Ellen Selyna Ardinata,S. T. langsung menjelaskan pengertian dari sustainable. Sustainable berasal dari 2 kata, yaitu sustain dan able yang berarti ada keseimbangan dan keberlanjutan. Terdapat beberapa alasan mengapa sustainable ini sangat penting. Pertama, kita tidak dapat memprediksi apakah sumber daya ini akan habis suatu saat. Kita juga tidak dapat memprediksi keberlangsungan hidup generasi manusia yang berikutnya. Mungkin saja, generasi manusia berikutnya harus berebut untuk mendapatkan makanan akibat dari perbuatan manusia sebelumnya.
Sustainable memiliki 3 elemen inti, yaitu environmental protection, social development, dan economic development. Webinar kali ini hanya membahas mengenai environmental protection, poin lainnya akan dibahas di topik lainnya. “Pada intinya kita harus sadar akan konsekuensi dari semua perbuatan yang kita lakukan. Oh kalau aku melakukan ini konsekuensinya A, kalau aku melakukan ini konsekuensinya B. Terus kita harus sadar akan jejak karbon. Oh kalau kita naik transport ini jejak karbonnya berapa. Itulah yang akan kita bahas pada webinar kali ini.”, ujar Kak Ellen.
Indonesia mendapatkan peringkat ke – 2 sebagai negara penyumbang sampah terbesar di dunia. Contohnya adalah Sungai Bengawan Solo yang dijadikan tempat sampah oleh masyarakat sekitar. Pencemaran yang dilakukan mulai dari limbah dapur, limbah ternak, dan popok. Contoh lainnya adalah Sungai Citarung dinobatkan pula menjadi sungai terkotor di dunia. Belum cukup menumpuk sampah di berbagai tempat, ternyata Indonesia dan negara-negara di ASEAN telah menjadi importir sampah. Indonesia sendiri menjadi importir sampah terbesar ke -2 dari AS, Australia, dan Inggris. Padahal, Indonesia belum dikatakan sangat mampu untuk mengolah sampah dengan baik. Namun, beberapa negara maju memilih Indonesia karena biayanya yang sangat murah.
Berbicara mengenai sampah, pastinya tidak terlepas dari sampah plastik yang menjadi permasalahan negara-negara di dunia. Negara kita sendiri yaitu Indonesia telah menempati posisi kedua terbesar di dunia produksi sampah plastic di lautan dengan rentang 0,48 sampai tertinggi 1,29 juta metric ton. . Faktanya, memang jejak karbon sampah plastik lebih kecil daripada aluminium. Salah satu jenis plastik yang bernama polyethylene saja memerlukan waktu hingga 20 tahun untuk terurai dan 500 tahun di tempat pembuangan sampah. Tentunya, negara-negara di dunia akan selalu mencari solusi dalam mengelola sampah plastik. Indonesia pun juga melakukan pengelolaan sampah, namun faktanya persentase pengelolaan sampah di Indonesia ditahun 2015 sebagai berikut, 69% ditimbun di TPA, 10 % dikubur, 7% dikompos dan didaur ulang, 7% tidak terkelola dan 5% dibakar.
Sebagai generasi milenial, kita harus mempunyai peran untuk meminimalisir sampah demi menjaga kelestarian lingkungan. Kita dapat memulai dari tidak menggunakan kantong plastik saat berbelanja melainkan menggunakan tas kain, mengurangi sampah elektronik dengan cara menahan diri untuk membeli alat elektronik bila tidak diperlukan, dan menahan diri untuk berbelanja baju baru dan lebih memilih untuk belanja di toko baju atau barang bekas yang dapat pula membantu para UMKM (Usaha Kecil dan Menengah ). “Banyak hal lain yang dapat kita lakukan. Semisal kita adalah pecinta barang-barang yang berkaitan dengan kecantikan. Kita bisa lo membeli brush make up dan sisir yang gagangnya terbuat dari kayu. Kita juga dapat memilih produk-produk yang packaging-nya terbuat dari kaca, karena kaca lebih murah lingkungan daripada plastik.”, ujar Kak Ellen menambahkan.
Topik sampah juga tidak terlepas dari sampah makanan sisa. Mungkin bagi sebagian besar orang bahkan, kita sendiri berpikir bahwa menyisakan makanan adalah hal yang sangat wajar. Namun nyatanya, makanan yang tidak habis dan tidak diolah dengan baik akan menghasilkan gas metan yang mempunyai peranan dalam gas rumah kaca dan menyebabkan lapisan ozon menipis dan pemanasan global.
Webinar ini ditutup dengan absen akhir dan foto bersama serta ajakan bagi kita generasi muda yang sudah mendapatkan berbagai pengetahuan mengenai betapa pentingnya kita merawat lingkungan dan bumi ini. Banyak hal yang dapat kita lakukan dari hal-hal yang sederhana. Yuk teman-teman kita jaga bumi ini demi kelangsungan hidup generasi kita berikutnya!